Suka dan Duka Ngekos, Hidup di Kota Orang
Suka dan Duka Ngekos, Indekos, atau Koskosan di Kota Orang
Ngekos, indekos, kost-kostan, atau koskosan adalah hal yang selalu diinginkan oleh sebagian besar orang, khususnya mahasiswa(/i). Alasannya karena ingin mencoba hidup mandiri, tidak mau menyusahkan keluarga, merantau, ada masalah kekeluargaan yang mengharuskan dirinya untuk keluar dari rumah, biar dikasih jatah jajan bulanan, bisa lebih bebas pulang tengah malam, dan banyak lagi.
Begitu, kan?
Di sini saya akan menceritakan pengalaman suka dan dukanya saya selama hidup ngekos di kota orang. Perlu diingat bahwa dalam situasi ngekos yang akan diceritakan pada artikel kali ini, posisi saya sudah bekerja -- bukan sebagai seorang mahasiswa.
Salah satu masalah yang sering dialami oleh orang-orang yang baru saja merantau adalah kerinduan terhadap orang tua. Saya yakin 2 - 3 bulan pertama sejak meninggalkan rumah adalah momen-momen di mana hampir setiap harinya kita akan ditelepon atau menelepon orang tua, sekedar tanya kabar, sudah makan apa belum, kesehatan, dsb.
Permasalahan ini cuma terjadi di awal-awal, yaks. Setelah setahun dua tahun, semuanya akan terasa biasa saja, kok. Perlahan tapi pasti, kawan-kawan akan menjadi pribadi yang lebih menguasai diri, menahan diri, bisa lebih bijak dan lebih bisa bersabar.
Ngekos itu pendewasaan diri, baik yang sudah berpenghasilan maupun tidak. Bagi yang sudah bekerja pun, berkemungkinan kalang kabut sewaktu mengatur keuangan ketika dihadapkan hidup sendirian di luar kota. Contohnya bagi-bagi pengeluaran dimulai dari bayar tagihan sewa koskosan, biaya makanan, token listrik, biaya laundry, dsb.
Mau tidak mau, pemasukan dan pengeluaran harus diatur oleh diri kita sendiri.
Buat mahasiswa dengan uang kiriman bulanan yang pas-pasan, hal ini bisa menjadi masalah. Sebenarnya tergantung ya... kalau gaya hidupnya hedon, uang seberapa pun tidak akan cukup. Syaratnya, tekan gaya hidup, semuanya akan baik-baik saja.
Dalam dunia indekos, bermasalah dengan teman kos merupakan kejadian yang paling tidak enak. Awal mula masalahnya bisa saja dari pinjam sendal tanpa izin, pinjam motor tapi lama dikembalikan, pinjam uang dsb; khususnya uang. Giliran ditagih, ada saja alasannya.
Buat sobat yang akan memasuki fase hidup ini, tolong, kalau ingin mengambil milik orang untuk sementara (meminjam), jangan lupa untuk minta izin. Oh iya, ada satu hal lagi yang tidak saya sukai dari dulu yakni teman minta pinjam motor. Setidaknya, ada 6 alasan yang saya takutkan:
Semua itu belum lagi diperparah kalau misalkan motor tersebut belum lunas (kredit).
Jadi, kalau kawan-kawan ingin meminjamkan motor ke orang, perhatikan dulu orang tersebut. Bisa dipercaya atau tidak. Kalau memang tidak begitu kenal dan was-was, lebih baik tolak dari awal (bila ia ingin meminjam). Apapun alasannya.
Mengenai persoalan bapak dan ibu kos, situasinya akan sangat berbeda antara saya dengan kawan-kawan, alasannya karena manusia itu sulit ditebak.
Dulunya, koskosan saya dulu dimiliki dan dikelola oleh bapak dan ibu kos yang sudah tua, mungkin umurnya sekitaran 60-70 tahunan. Secara sifatnya ya dewasa, bijak, tenang, enak diajak ngobrol, dan mau berbagi makanan yang ada di dapur mereka. Cuma masalahnya adalah sering dimintai tolong, perbaiki pipa mesin air misalnya.
Kalau boleh menyarankan, cari koskosan yang mana pemiliknya itu sudah tua. Paling bisa diandalkan dalam keadaan tertentu, kasih sayangnya ada, selalu diberi nasihat, pengertian, ... ya bisa dibilang orang tua kedua kita di perantauan.
Sekali lagi... Merantau itu pendewasaan diri. Dalam keadaan sakit, kawan-kawan harus siap. Siapnya kapan? Sebelum sakit. Contohnya seperti membeli obat-obatan untuk sakit yang dirasa umum. Sakit kepala, sakit gigi, mules dsb.
Kalau punya riwayat penyakit langganan, wajib menyediakan stok obat. Ambil contoh seperti sakit lambung. Maka obat yang harus disiapkan adalah Lansoprazole, Sucralfat, Grafadon, dan Domperidone.
Dalam perantauan, sebisa mungkin jangan memberatkan orang lain. Sedia obat lebih dulu jauh lebih baik dibandingkan merepotkan orang. Jika sudah tidak memungkinkan, baiknya langsung minta tolong ke tetangga kamar, bapak kos, atau teman kampus / rekan kerja.
Ada yang ingin menambahkan?
Ngekos, indekos, kost-kostan, atau koskosan adalah hal yang selalu diinginkan oleh sebagian besar orang, khususnya mahasiswa(/i). Alasannya karena ingin mencoba hidup mandiri, tidak mau menyusahkan keluarga, merantau, ada masalah kekeluargaan yang mengharuskan dirinya untuk keluar dari rumah, biar dikasih jatah jajan bulanan, bisa lebih bebas pulang tengah malam, dan banyak lagi.
Begitu, kan?
![]() |
| takterlihat.com |
Di sini saya akan menceritakan pengalaman suka dan dukanya saya selama hidup ngekos di kota orang. Perlu diingat bahwa dalam situasi ngekos yang akan diceritakan pada artikel kali ini, posisi saya sudah bekerja -- bukan sebagai seorang mahasiswa.
Rindu Orang Tua
Salah satu masalah yang sering dialami oleh orang-orang yang baru saja merantau adalah kerinduan terhadap orang tua. Saya yakin 2 - 3 bulan pertama sejak meninggalkan rumah adalah momen-momen di mana hampir setiap harinya kita akan ditelepon atau menelepon orang tua, sekedar tanya kabar, sudah makan apa belum, kesehatan, dsb.
Permasalahan ini cuma terjadi di awal-awal, yaks. Setelah setahun dua tahun, semuanya akan terasa biasa saja, kok. Perlahan tapi pasti, kawan-kawan akan menjadi pribadi yang lebih menguasai diri, menahan diri, bisa lebih bijak dan lebih bisa bersabar.
Jika sudah waktunya bulan Ramadhan atau Idul Fitri/Adha, mudik menjadi prioritas utama.
Merasa Selalu Tidak Cukup Uang
Ngekos itu pendewasaan diri, baik yang sudah berpenghasilan maupun tidak. Bagi yang sudah bekerja pun, berkemungkinan kalang kabut sewaktu mengatur keuangan ketika dihadapkan hidup sendirian di luar kota. Contohnya bagi-bagi pengeluaran dimulai dari bayar tagihan sewa koskosan, biaya makanan, token listrik, biaya laundry, dsb.
Mau tidak mau, pemasukan dan pengeluaran harus diatur oleh diri kita sendiri.
Buat mahasiswa dengan uang kiriman bulanan yang pas-pasan, hal ini bisa menjadi masalah. Sebenarnya tergantung ya... kalau gaya hidupnya hedon, uang seberapa pun tidak akan cukup. Syaratnya, tekan gaya hidup, semuanya akan baik-baik saja.
Bermasalah dengan Teman Koskosan
Dalam dunia indekos, bermasalah dengan teman kos merupakan kejadian yang paling tidak enak. Awal mula masalahnya bisa saja dari pinjam sendal tanpa izin, pinjam motor tapi lama dikembalikan, pinjam uang dsb; khususnya uang. Giliran ditagih, ada saja alasannya.
Buat sobat yang akan memasuki fase hidup ini, tolong, kalau ingin mengambil milik orang untuk sementara (meminjam), jangan lupa untuk minta izin. Oh iya, ada satu hal lagi yang tidak saya sukai dari dulu yakni teman minta pinjam motor. Setidaknya, ada 6 alasan yang saya takutkan:
- Motor kita digadai demi narkoba
- Dipakai kebut-kebutan
- Kalau kecelakaan susah dimintain ruginya
- Kalau hilang dicuri, bingung dan ujung-ujungnya minta tanggung setengah-setengah
- Belum tentu dijaga, misalnya diparkir di tempat panas tanpa teduhan
Semua itu belum lagi diperparah kalau misalkan motor tersebut belum lunas (kredit).
Jadi, kalau kawan-kawan ingin meminjamkan motor ke orang, perhatikan dulu orang tersebut. Bisa dipercaya atau tidak. Kalau memang tidak begitu kenal dan was-was, lebih baik tolak dari awal (bila ia ingin meminjam). Apapun alasannya.
Bapak dan Ibu Kos-Kosan
Mengenai persoalan bapak dan ibu kos, situasinya akan sangat berbeda antara saya dengan kawan-kawan, alasannya karena manusia itu sulit ditebak.
Dulunya, koskosan saya dulu dimiliki dan dikelola oleh bapak dan ibu kos yang sudah tua, mungkin umurnya sekitaran 60-70 tahunan. Secara sifatnya ya dewasa, bijak, tenang, enak diajak ngobrol, dan mau berbagi makanan yang ada di dapur mereka. Cuma masalahnya adalah sering dimintai tolong, perbaiki pipa mesin air misalnya.
Kalau boleh menyarankan, cari koskosan yang mana pemiliknya itu sudah tua. Paling bisa diandalkan dalam keadaan tertentu, kasih sayangnya ada, selalu diberi nasihat, pengertian, ... ya bisa dibilang orang tua kedua kita di perantauan.
Dalam Keadaan Sakit, Mau Mengadu ke Siapa?
Sekali lagi... Merantau itu pendewasaan diri. Dalam keadaan sakit, kawan-kawan harus siap. Siapnya kapan? Sebelum sakit. Contohnya seperti membeli obat-obatan untuk sakit yang dirasa umum. Sakit kepala, sakit gigi, mules dsb.
Kalau punya riwayat penyakit langganan, wajib menyediakan stok obat. Ambil contoh seperti sakit lambung. Maka obat yang harus disiapkan adalah Lansoprazole, Sucralfat, Grafadon, dan Domperidone.
Dalam perantauan, sebisa mungkin jangan memberatkan orang lain. Sedia obat lebih dulu jauh lebih baik dibandingkan merepotkan orang. Jika sudah tidak memungkinkan, baiknya langsung minta tolong ke tetangga kamar, bapak kos, atau teman kampus / rekan kerja.
Ada yang ingin menambahkan?

Posting Komentar untuk "Suka dan Duka Ngekos, Hidup di Kota Orang"
Silakan tinggalkan komentar terbaikmu.